Monday, March 21, 2011

BILA AJAL TIBA...

YANG DIINGAT DALAM KEMATIAN

Jika kita mengetahui faedah mengingat mati, lalu peristiwa apa yan harus kita ingat? Banyak peristiwa mengerikan yang dapat kita renungkan dalam peristiwa kematian, yang dengannya hati menjadi lembut, rasa takut bermaksiat semakin bertambah dan semangat ibadah semakin memuncak.

Pertama,
bahwa kematian datang secara mendadak. Malakul maut datang tanpa bisa dicegah, tanpa permisi dan tanpa peduli apa yang sedang dan akan kita kerjakan. Mungkin baru naik pangkat, tapi belum menikmati gajinya, atau baru selesai membangun rumah mewah namun belum sempat menikmatinya, atau baru saja bekerja keras dan hampir saja mendapatkan upahnya, ajal datang menjemput tanpa ampun dan tak kenal kompromi.

Betapa banyak kita dapatkan seseorang yang berangkat ke kantor naik mobil mewah, namun siangnya naik keranda roda manusia. Betapa banyak orang yang paginya berpakaian indah berdasi lalu siangnya harus orang lain yang melepaskan bajunya untuk diganti dengan kain kapan. Betapa banyak orang tua yang paginya memandikan anaknya, namun siang harinya dia harus dimandikan orang lain sebelum dikafan dan dishalatkan.

Inilah realita yang setiap hari kita dengar dan kita saksikan, namun keadaan kita seperti yang digambarkan Ar-Rabi’ bin Barrah, ”Aku heran dengan manusia, bagaimana mereka lupakan kejadian yang pasti terjadi? Mereka lihat dengan matanya, mereka menyaksikannya, dan hatipun meyakininya, mengimaninya dan membenarkan apa yang dikabarkan oleh para Rasul, namun kemudian mereka lalai dan mabuk dengan senda gurau dan permainan.”

Kedua,
yakni sakaratul maut. Hendaknya kita mengingat bahwa kematian itu ada masa sakarat. Seperti yang difirmankan ALLAH, ”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 19)

Sewaktu kematian menjemput Amru bin ’Ash, putranya berkata, ”Wahai ayah, anda pernah berkata, ”Sesungguhnya aku heran terhadap seseorang yang di ambang kematiannya, sedangkan akalnya masih sehat namun bagaimana dia tidak mau bercerita?” Maka Amru bin ’Ash berkata, ”Wahai anakku, kematian itu terlalu sulit untuk dikatakan! Akan tetapi baiklah, aku ceritakan sedikit tentangnya, demi ALLAH seakan-akan di atas pundakku ada gunung Radhwa dan Tihamah... seakan aku bernafas dengan lubang jarum... seakan di perutku ada duri yang runcing... dan langit seakan menghimpit bumi, sedangkan aku berada di antara keduanya...”

Ketiga,
Su’ul Khotimah ataukah Husnul Khotimah akhir hidupnya? Mujahid bin Jabr berkata, ”Tiada seorang yang akan mati melainkan dia seperti didatangi teman duduknya, sungguh aku pernah melihat seseorang yang tatkala ditalqin ”Katakan La ilaha illallah”, dia malah menjawab ”SKAK.”

Ibnul Qayyim juga menceritakan tatkala seorang yang hobi menyanyi dituntun bacaan La ilaha illallah ketika meregang nyawa malah mendendangkan nyanyian kesukaannya. Ada pula peminum khamr ditalqin, dia menjawab, ”Tidak... tuangkan arak untukku..!”

Maka barangsiapa memperhatikan hal ini, niscaya dia akan takut berbuat maksiat dan membiasakannya, karena akhir hayat seseorang ditentukan kebiasaannya di dunia.

Keempat,
yaitu malam pertama di kubur. Malam itu adalah penentu nasib manusia selanjutnya. Tempat itu akan menjadi pertanda apa yang akan dialaminya berikutnya. Bisa jadi dia menjadi orang yang berbahagia, sehingga malam pertama di kuburnya lebih indah dari malam pernikahannya di dunia, ataukah itu menjadi awal dari kesengsaraan dan penderitaan yang tiada tara dan tiada akhirnya.

Utsman bin Affan, ketika melihat jenazah diusung tiba-tiba menangis hingga jatuh pingsan. Lalu orang-orang menggotongnya ke rumah seakan-akan dia telah menjadi jenazah. Saat dia sadar, orang-orang bertanya, ”Ada apa denganmu?”, maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Kuburan adalah fase pertama dari alam akhirat, jika seorang hamba selamat menghadapinya, ia akan gembira dan beruntung. Namun jika ia rugi, maka rugilah seluruh akhiratnya.

SUMBER ”http://al-firqotunnajiyyah.blogspot.com/2008/08/bila-ajal-tiba.html