Friday, November 12, 2010

JIKA ANDA INGIN MENJALIN HUBUNGAN DENGAN ALLAH, PERBAHARUILAH TAUBATJIKA ANDA INGIN MENJALIN HUBUNGAN DENGAN ALLAH, PERBAHARUILAH TAUBAT

Wasiat Hasan Al-Banna; Jika Anda Ingin Menjalin Hubungan Dengan Allah - Perbaharuilah Taubat


Kita panjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat & salam utk junjungan kita Nabi Muhammad, segenap keluarga & sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Ikhwan yang mulia…

Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yang baik & diberkahi:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. 2

Saya ingin agar Sentuhan Hati Hari Selasa ini senantiasa dapat membuka pembicaraan & mengambil intisarinya pd awal kajian.

Ikhwan sekalian.

Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad akan baik & jika ia rusak maka seluruh jasad juga akan rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.

Kita tidak ingin merampas hak hati kita utk memperoleh sentuhan yang mulia, yaitu sentuhan cinta & persaudaraan karena Allah, yang ditumbuhkembangkan di dalam hati oleh acara ini & oleh pertemuan yang tulus semacam ini, satu malam dalam sepekan. Karena itu, saya tetap ingin memberikan hak sentuhan ini pd malam yang mulia ini, yang kedatangannya sangat saya nantikan lantaran saya berbahagia melihat & berbicara kepada Anda semua.

Sebagaimana yang pernah & selalu saya katakan, juga yang saya harapkan agar Anda ketahui, Ikhwan sekalian, janganlah Anda membatasi manfaat pertemuan ini hanya dg menyerap berbagai hakikat keilmuan yang Anda pelajari / ungkapan indah yang Anda hafalkan. Tetapi hendaklah Anda semua ingat bahwa ada nilai lain yang lebih tinggi & lebih luhur, yaitu adanya santapan utk ruhani kita, kedekatan antar kita, serta kebahagiaan kita oleh perjumpaan di jalan Allah & karena Allah ini.

Di samping itu, cinta & persaudaraan, yang merupakan bekal bagi orang-orang lemah, kekayaan bagi orang-orang miskin, serta kebahagiaan bagi orang-orang yang menderita. Pada malam Rabu ini, sebagaimana antusiasme kita utk memperoleh manfaat pengetahuan, kita juga harus antusias utk memperoleh kekuatan ruhani & kebahagiaan jiwa yang terus akan dicurahkan ke dalam jiwa & disiramkan ke dalam ruhani oleh perjumpaan yang tidak diniatkan selain utk mencari ridha Allah swt. & tolong-menolong dalam kebajikan & ketaqwaan. Kita memohon kepada Allah swt. agar menjadikannya sebagai sikap cinta yang tulus, semata-mata karena mencari ridha-Nya, serta bermanfaat di dunia & di akhirat. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Pemimpin & Penolong.

Ikhwan yang mulia…

Ada semacam perasaan baru yang ditimbulkan oleh Sentuhan Hati Hari Selasa di dalam jiwa saya pd malam ini, yaitu menerawangnya pikiran & perasaan saya secara bersamaan ke bukit Shafa. Saya mulai merasakan hal ini utk pertama kali ketika saya berdiri melaksanakan shalat maghrib pd malam hari ini. Saya hadapkan pandangan kepada para Ikhwan. Saya melihat ke belakang utk merapikan shaf & menjalankan sunah ini, karena Rasulullah saw. tidak pernah bertakbir utk melaksanakan shalat kecuali setelah melihat barisan yang ada di belakangnya. Kadang-kadang beliau meluruskan shaf sendiri & kadang-kadang beliau menyuruh orang utk meluruskan shaf-shaf tersebut. Beliau pernah bersabda:

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ وَحَاذُوا بَيْنَ مَنَاكِبِكُمْ وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ

“Luruskanlah shafmu, luruskanlah telapak kaki dg telapak kaki & pundak dg pundak. Dan bersikaplah lunak terhadap tangan saudara-saudaramu. ” 2(Ahmad)

Saya berdiri & memandangi para Ikhwan. Pandangan inilah yang membawa pikiran & perasaan saya kepada peristiwa di tengah bukit Shafa, ketika Rasulullah saw. utk pertama kali dalam sejarah dakwah berkumpul bersama beberapa orang pilihan yang terdiri dari berbagai usia & berasal dari berbagai tempat. Di antara mereka ada yang masih anak-anak, ada yang tua, ada yang muda, ada yang kaya, ada yang miskin, ada tokoh terkenal, ada orang yang tidak terkenal, ada cerdik pandai & terdidik, ada yang ummi & buta huruf, ada yang berstatus budak & ada yang berstatus sebagai orang merdeka. Secara keseluruhan jumlah mereka bisa dihitung dg jari & tidak lebih dari seratus orang. Beliau saw. berkumpul bersama orang-orang pilihan ini di tengah-tengah bukit Shafa, menyirami mereka dg semangat spiritual beliau, menuntun mereka membaca kitab Allah yang agung, & mendiktekan ayat-ayat Allah. Dari mereka itulah beliau membangun umat yang baru, dg dakwah baru & utk dunia baru. Demi Allah, wahai Ikhwan, hampir saja saya lupa bertakbir dalam shalat karena hampir larut membayangkan peristiwa itu. Saya lantas memendam bayangan dalam diri saya. Sekarang kesempatan berdiri di hadapan Anda semua, saya manfaatkan utk menyampaikan perasaan yang terpendam itu. Tidak mungkinkah kelompok yang ada ini menjadi pelanjut dari kelompok dahulu itu? Tidak mungkinkah Anda menyampaikan dakwah baru utk membentuk sebuah kelompok baru yang menjadi fondasi bagi berdirinya sebuah dunia baru?

Rasulullah saw. bersabda:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ

“Akan tetap ada sekelompok umatku yang muncul di atas kebenaran, yang tidak akan menjumpai bahaya dari siapa pun yang memusuhi mereka.” 2(Muslim)

Dalam sebuah atsar juga disebutkan:

“Kebaikan akan ada pd diriku & pd umatku hingga hari kiamat”.2

Saya mengidamkan dari Anda semua menjadi sebagaimana kelompok pilihan yang ada di hadapan Rasulullah saw. ketika itu, yang dimulai dari anak usia 9 tahun hingga orang dewasa berusia 40 tahun. Di dalamnya terhimpun orang miskin yang kebutuhan sehari-harinya tidak terpenuhi & orang kaya yang rezkinya dilapangkan oleh Allah. Persatuan kelompok ini bertumpu pd seseorang, bukan yang paling berpangkat, yang paling banyak keluarganya, / yang paling memiliki berbagai perangkat hidup, tetapi pd seorang laki-laki dari kalangan mereka.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.”2 (Al-Kahfi: 110)

Mereka bersatu di sekeliling Nabi saw. Apa yang dicita-citakannya? Apa yang dipikirkannya? Apa yang diinginkannya? Sampai sejauh manakah cita-cita kelompok yang mengadakan pertemuan & pembicaraan secara sembunyi-sembunyi ini? Apakah yang diinginkan oleh orang-orang itu? Mereka ingin menanamkan paradigma baru dalam pemikiran masyarakat, menegakkan dunia baru di muka bumi ini, & menyusun bangunan baru dari struktur masyarakat, serta menyambung hubungan antara langit & bumi.

Kelompok kecil yang terpisah dari masyarakat ini ingin memberikan tatanan & nilai-nilai kemanusiaan yang baru kepada umat manusia, dg izin Allah. Tak lama kemudian kelompok ini berhasil memancangkan panji-panji Allah di bumi, menyatukan hati manusia pd Tuhan manusia, menumbuhkan perasaan baru dalam hati, meletakkan kitab baru di hadapan umat manusia, & menciptakan generasi teladan di tengah-tengah manusia, yang berhak mendapatkan sifat & Allah swt.

“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan utk manusia.”2 (Ali Imran: 110)

Setelah dg penghayatan jiwa, saya mengkhayalkan kelompok pertama yang merupakan pilar dakwah Rasulullah saw. di tengah-tengah bukit Shafa ini & saya dapati bahwa faktor utama yang menjadi landasan tegaknya dakwah tersebut dalam jiwa kelompok ini ada tiga. Seandainya ketiga hal itu berhasil terwujud di dalam diri kita sebagaimana yang telah terwujud dalam diri mereka, niscaya kita akan dibawa melangkah di jalan kemuliaan & kemenangan, sebagaimana yang telah terjadi pd mereka.

Pertama adalah unsur keimanan yang sempurna.2

Keimanan inilah yang membersihkan mereka dari keinginan apa pun selain dakwah. Mereka telah mendengarkan seruan:

“Maka segeralah kembali kepada Allah.” 2(Adz-Dzariyat: 50)

Mereka menjadikan La ilaha Mallah sebagai slogan, pd saat yang sama mencampakkan slogan selainnya. Orang-orang musyrik berada dalam kesesatan, karena mereka mempertuhan selain Allah. Orang-orang Persia berada dalam kesesatan karena mereka mengabdi kepada nafsu & syahwat. Ahli Kitab berada dalam kesesatan karena mereka menjadikan para pendeta & orang-orang alim mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

Bumi ini secara keseluruhan berputar di atas poros kesesatan, karena tidak mendapatkan petunjuk & tidak mengambil cahaya dari Allah. Sedangkan mereka berada di atas kebenaran yang nyata karena mereka telah menghindari penyembahan kepada berhala & hawa nafsu serta menyerahkan seluruh pengabdian kepada Allah. Mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, tidak patuh kecuali kepada Allah, tidak bergantung kecuali kepada Allah, tidak memohon kecuali kepada Allah, & tidak merasakan kebahagiaan kecuali karena berdekatan dg Allah. Mereka tidak merasa menderita kecuali oleh dosa yang menjauhkan dari Allah.

Semua itu merupakan faktor pertama yang menyatukan hati mereka, karena mereka tidak berafiliasi kepada si Fulan / si Fulan. “Bapakku Islam, tidak ada bapak selainnya bagiku. Ketika orang-orang berbangga dg Qais & Tamim Mereka tahu bahwa bumi ini milik Allah yang diwariskan kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya & bahwa kesudahan yang baik akan diperoleh orang-orang yang bertaqwa. Segala perbedaan yang biasanya mencabik kelompok-kelompok & menjauhkan hati seseorang dari yang lainnya, musnah, lantaran mereka telah diwarnai dg sibghah2 (celupan) Allah.

“Sibghah Allah, & siapakah yang lebih baik sibghah-njz daripada Allah?”2 (Al-Baqarah: 138)

Kedua, unsur cinta, kesatuan hati, & keterpautan jiwa.2

Faktor apalagi yang bisa menjadikan mereka berselisih? Apakah mereka akan berselisih gara-gara kenikmatan dunia yang fana ataukah karena perbedaan gaji, tugas, & status, sedangkan mereka mengetahui bahwa,

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.”2 (Al-Hujurat: 13)

Jadi tidak ada faktor-faktor yang mengakibatkan mereka terpecah belah. Mereka bersatu & bersaudara, yang satu tidak menghinakan yang lain, tetapi masing-masing mencintai saudaranya dg sepenuh kecintaan, kecintaan yang mencapai tingkatan itsar2 (mengutamakan orang lain).

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).”2 (Al-Hasyr: 9)

Mereka juga senantiasa menghayati firman Allah:

“Katakanlah, ‘Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, & rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah & Rasul-Nya & (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”2 (At-Taubah: 24)

Ketiga, adalah unsur pengorbanan. 2

Mereka telah paham semua ini, sehingga rela memberikan apa saja utk Allah, sampai-sampai ada di antara mereka yang merasa keberatan mengambil ghanimah yang telah dihalalkan oleh Allah utk mereka.

“Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kalian ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.”2 (Al-Anfal: 69)

Terhadap hal ini pun mereka merasa keberatan & menghindari. Mereka meninggalkannya karena mengharapkan pahala dari Allah swt. agar amal mereka tidak dikotori oleh ambisi pribadi.

Ketiga unsur ini, yaitu keimanan yang membersihkan diri mereka dari pikiran apa pun selain ma’rifatullah & ukhuwah yang mengikat hati mereka sehingga seakan-akan menyatu, & pengorbanan yang mendorong mereka utk memberikan jiwa & harta dalam rangka menggapai ridha Allah, yang menyebabkan mereka tampil dalam profil seperti ini.

Faktor-faktor inilah yang telah mengeluarkan sekelompok manusia tersebut dari kehinaan kepada kemuliaan, dari perpecahan kepada persatuan, & dari kebodohan kepada ilmu. Mereka adalah pemberi petunjuk bagi umat manusia & calon-calon pengantin di surga.

Perasaan ini, Ikhwan sekalian, meluap di dalam diri saya ketika saya berdiri melihat Anda semua dalam shaf, & ketika berdiri berceramah di hadapan Anda semua. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai pengganti-pengganti mereka, agar kita memurnikan iman kita kepada Allah, agar Dia menjadikan kita orang-orang yang bercinta karena Allah, bersatu di atas kalimat-Nya, sebagaimana mereka telah bersatu & memberikan sesuatu utk menggapai ridha Allah.

Ya Allah, kami menginginkan yang demikian itu; maka jadikanlah kami, ya Allah, demikian.

Salah seorang akh sepekan yang lalu mengusulkan sebuah tema kepada saya. Barangkali dalam kondisi seperti ini, banyak yang mengharapkan saya menyampaikan ceramah dg tema yang jauh dari apa yang akan saya bicarakan kepada Anda semua sekarang. Tetapi, sebenarnya saya mempunyai anggapan bahwa pembicaraan ini sangat dekat dg keadaan kita sekarang.

“Sesungguhnya mereka melihatnya jauh, tetapi kita melihatnya dekat.”2 (Al-Ma’arij: 6-7)

Seorang akh pernah membisikkan ke telinga saya pd akhir kajian yang lalu, “Berbicaralah kepada kami tentang taubat.” Ia lantas pergi meninggalkanku. Tiba-dba ada akh lain berbisik pula, “Ingatkan kami kepada Allah, karena dosa-dosa kami sudah banyak.” Datang orang ketiga yang berbisik, “Insya Allah, pembicaraan kita pd pekan mendatang adalah ‘kita berpikir tentang taubat kita.’” Sedangkan Akh Yahya Afandi Abdul Aziz meminta agar saya melengkapi pembicaraan tentang sejarah para nabi & agar tema yang dipilih malam ini mengenai Sayidina Ibrahim as., supaya tema serial yang pernah saya sampaikan itu lengkap.

Kemudian saya berpikir, tema apakah yang akan saya bicarakan, kemudian saya dapati diri saya tertarik utk berbicara tentang tema pertama, “Taubat”.2

Ikhwan sekalian…

Sungguh menakjubkan. Sebelum berbicara kepada Anda semua, pembicaraan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri. Ini bukan sekedar masalah pembahasan kitab / pentransferan ilmu, tetapi masalah hati yang saling terpaut & bersatu.

Barangkali di antara kita ada yang berhati waspada kemudian berhubungan dg hati yang lalai & mempengaruhinya sehingga ikut waspada. Barangkali di antara kita ada seorang yang maqbul, lantas kita menjalin hubungan dengannya sehingga ia limpahkan kepada kita sebagian kabar gembira tentang kedatangan rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Ikhwan sekalian.

Saya telah banyak berbicara mengenai hal-hal yang tampaknya jauh melenceng dari tema pembicaraan kita sekarang, tetapi saya menganggapnya sangat dekat. Demi Allah, andaikata kita semua bisa melaksanakan taubat dg sebaik-baiknya, niscaya kita akan mempunyai salah satu senjata yang paling tajam. Itulah yang saya katakan bahwa “orang-orang melihatnya jauh, tetapi saya melihatnya dekat”, karena kekuatan ada dua macam: kekuatan khalik & kekuatan makhluk. Jika kekuatan makhluk tidak kita miliki, maka kita bertumpu kepada kekuatan Al-Khalik. Jika kita tidak mampu membela diri kita sebagaimana yang bisa dilakukan oleh penduduk bumi yang lain, maka hendaklah kita memohon pertolongan kepada Allah, sang Khalik.

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”2 (Al-Hajj: 38)

Jika kita gagal menyempurnakan kekuatan materi, tiada yang harus kita lakukan selain menyempurnakan kekuatan spiritual. Karena itu, Ikhwan sekalian, izinkan saya berbicara kepada Anda mengenai taubat. Semoga dalam pertemuan ini kita bisa menghadapkan hati & bertaqarub kepada Allah dg sebaik-baiknya, sehingga rahmat & ketenangan dari Allah akan turun kepada kita.

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung- kampung mereka pd saat pengusiran kali yang pertama. Kalian tiada menyangka bahwa mereka akan keluar & mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumahrumah mereka dg tangan mereka sendiri & tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) utk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.”2(AI-Hasyr: 2)

“Jika kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) & membantunya dg tentara yang kalian tidak melihatnya, & Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”2 (At-Taubah: 40)

Perhatikan, wahai Akhi, firman Allah swt. ketika menceritakan kisah Nabi-Nya saw.

“Di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’”2

Ketika pertolongan dari Allah datang, maka tidak ada satu kekuatan pun bisa mengalahkannya. Kemudian Allah memberikan kasih sayang & rahmat-Nya. Betapa perlunya kita bertaubat, dg taubat nasuha2 (taubat yang sebenar-benarnya), semoga Allah meliputi kita dg perhatian & rahmat-Nya.

Ikhwan sekalian, jika kita berbicara tentang taubat, maka seakan-akan kita berbicara tentang sesuatu yang menjadi tujuan kita. Manusia itu dipengaruhi oleh dua kekuatan: kekuatan ruhani & kekuatan materi.

Anda, wahai Akhi, adalah makhluk spiritual dg ruh yang Anda miliki, tetapi juga makhluk materi dg badan yang membungkus Anda. Karena itu, Anda bisa dipengaruhi oleh kebaikan berkat komponen spiritual Anda, sekaligus bisa dipengaruhi oleh keburukan lantaran komponen material Anda. Anda makhluk spiritual dg rahasia firman Allah,

“Dan telah Kutiupkan padanya ruh-Ku.”2 (Shad: 72)

Pada saat yang sama Anda juga makhluk materi dg rahasia firman Allah,

“Dan Engkau ciptakan dia dari tanah.”2 (Al-A’raf: 12)

Ini adalah penciptaan Anda pertama kali. Masing-masing dari keduanya mempunyai tuntutan, keinginan, permulaan, & akhir yang berbeda dari yang lain, sedangkan Anda maju mundur di antara keduanya. Sekarang Anda pahami firman Allah berikut:

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”2 (Al-Balad: 10)

Anda berada di pertengahan. Ruh menarik Anda ke alamnya yang tinggi, sedangkan materi menarik Anda ke alamnya (tanah) yang rendah.

Allah swt. telah mengutus seorang rasul utk menjelaskan kepada Anda apa yang baik & yang buruk bagi Anda. Allah juga menciptakan musuh yang senantiasa siaga, yaitu iblis, yang telah bersumpah utk menjerumuskan Anda kepada keburukan.

“Kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka & dari belakang mereka, dari kanan & dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”2 (Al-A’raf: 17)

Jadi, wahai Akhi, Anda dihadapkan kepada dua kekuatan ini. Jika kekuatan spiritual menang, Anda naik ke alam Al-Malaul A ‘la, tetapi jika kekuatan materi —yang berunsur tanah— menang, Anda jatuh hingga ke martabat yang serendah-rendahnya.

“Maka sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”2 (Asy-Sjams: 9,10)

Wahai Akhi, taubat adalah timbangan yang menguatkan & tangga utk meningkatkan kebaikan. Orang-orang bijak pernah mengatakan, “Seluruh maqam mempunyai awal & akhir, kecuali taubat. Ia senantiasa menyertai seseorang sejak dari awal hingga akhirnya. Jika Anda terseret oleh kekuatan jahat, boleh jadi Anda mendapatkan ilham utk bertaubat sehingga kembali sebagaimana keadaan sebelumnya, / Anda terdorong utk terus melakukan kemaksiatan & tetap pd kejahatannya, sehingga Anda kalah dalam pertarungan.”

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dg ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia & menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya & jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).”2 (Al-A’raf: 176)

Adapun orang yang terjerumus, jatuh, & cenderung kepada daun timbangan kejahatan, sedangkan tali yang menghubungkannya dg kebaikan hampir terputus, akan tetapi ia menyadari kesalahan & bertaubat, segera berdiri dg penuh rasa takut, tunduk, taubat & penyesalan, maka ia akan pulih kembali kepada posisinya semula, bahkan daya tahannya semakin kuat, sehingga dirinya semakin dekat kepada kebaikan.Itu telah diisyaratkan oleh firman Allah:

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji / menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka & siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka & surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; & itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”2 (Ali Imran: 135-136)

Jika seseorang tekun bertaubat, terus-menerus mengingat & melaksanakannya, maka sebagai hasilnya akan tumbuh dalam dirinya daya kewaspadaan. Jika setan datang membisiki & menggoda utk mengikutinya, ia segera sadar, tetap pd pendiriannya, & takut kepada perintah Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”2 (Al-A’raf: 201)

Jika ia terus memegang teguh taubat, maka setan akan putus harapan terhadapnya, karena tahu bahwa ia telah melindungi diri dg kewaspadaan; diri, perasaan, & ruhnya telah disinari oleh hakikat pengetahuan yang benar, selain juga ketaatan. Ketika itulah ia berada dalam lindungan Allah.

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagi kalian terhadap mereka.”2 (Al-Hijr. 42)

Wahai Akhi, ini semua tidak terjadi karena ia senantiasa membawa semangat bertaubat. Karena itulah, wahyu berikut diturunkan:

“Apabila telah datang pertolongan Allah & kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dg berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dg memuji Tuhanmu & mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.”2 (An-Nashr: 1-3)

Ketika shalat, dalam ruku’ & sujud beliau membaca:

“Mahasuci Allah, & dg memuji-Mu maka ampunilah aku.”2

Wahai Akhi, Anda mendapati anjuran utk bertaubat. Cukuplah bila Anda mengetahui bahwa ia merupakan sebab yang mendatangkan kecintaan Allah.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat & orang-orang yang menyucikan diri.”2 (Al-Baqarah: 222)

Di antara sentuhan makna halus yang terkandung dalam taubat, Ikhwan yang mulia, adalah bahwa ketika bertaubat, Anda memuji Allah.

Taubat adalah karunia Allah kepada Anda, bukan karunia Anda kepada Allah. Tetapi Allah swt. adalah Dzat yang telah memberikan taufiq & ilham kepada Anda utk melaksanakan taubat, sebagaimana Dia telah mengilhamkan hal itu kepada moyang Anda:

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”2 (Al-Baqarah: 37)

Semula Adam tidak mengetahui bagaimana cara bertaubat, lantas Allah mengajarinya. Itulah teladan yang dibuat oleh Allah utk Anda.

“Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya.”2 (Thaha: 1 2 2 )

Jika Allah tidak menghendaki Anda bertaubat, niscaya Dia tidak memberikan ilham kepada Anda utk bertaubat.

Jika Anda kembali kepada Allah dg bertaubat, maka itu merupakan petunjuk bahwa Dia mencintai Anda.

“Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”2 (At-Taubah: 1 1 8 )

Dalam doa sayyidul istighfar, Rasulullah saw. berdoa:

‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan diriku, sedangkan aku adalah hamba-Mu & aku berada di atas perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada- Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku & mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”2

Nabi saw. pernah bersabda:

“Barangsiapa mengucapkannya pd sore hari dg penuh keyakinan, kemudian pd malam harinya meninggal dunia, niscaya ia masuk surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pd pagi hari dg penuh keyakinan, kemudian pd siang itu ia meninggal dunia, maka ia masuk surga.”2

Pertama kali yang Anda katakan kepada Tuhan Anda dalam istighfar ini adalah, ‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku.” Anda bertawasul kepada Allah dg pendidikan-Nya terhadap Anda, perjanjian-Nya terhadap Anda, kemudian dg keesaan-Nya dalam tauhid.

Setelah itu Anda menyatakan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya. Lantas Anda mengatakan, “Engkau telah menciptaku,” berarti Anda mengakui sifat kehambaan bagi diri Anda: “Sedangkan aku adalah hamba-Mu,” berarti Anda mengakui perjanjian antara Anda dengan-Nya; “Dan aku berada di atas perjanjian-Mu,” yakni mengakui janji yang dijanjikan-Nya, ketika Ia mengambil perjanjian darimu: “dan janji-Mu, sebatas kemampuanku. “Kemudian mengakui nikmat yang diberikannya kepada Anda, “Aku mengakui nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku,” karena sesungguhnya Allah swt. adalah sumber segala nikmat & yang memberikan taubat. Kemudian Anda mengakui dosa, “Dan aku mengakui dosadosaku”.

Ternyata Anda adalah seorang pelaku dosa yang suka memohon ampunan, “Maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” Seraya mengatakan, “Ya Allah, tidak ada alasan yang bisa aku kemukakan, tidak ada kekuatan yang bisa kumintai pertolongan; jika Engkau mengampuni, itu merupakan kemurahan, & jika Engkau menyiksa, itu pun merupakan keadilan.”

Ikhwan sekalian…

Apakah Anda semua ingin agar kita bisa berhubungan dg Allah, sehingga kita memperbarui taubat?

“Mudah-mudahan Tuhan kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian & memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”2 (At-Tahrim: 8)

Semoga shalawat & salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad, juga kepada segenap keluarga & sahabatnya.

Sumber: al-ikhwan.net